Minggu, 09 Oktober 2016

Tugas Kimia Bahan 1

Bangunan Sederhana dengan Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Bambu Petung Takikan Tipe “V”

RINGKASAN

               Material struktur yang umum digunakan dikalangan masyarakat adalah beton bertulang. Beton bertulang umumnya menggunakan tulangan dari material baja. Beton bertulang sebagai elemen balok umumnya diberi tulangan memanjang (lentur) dan tulangan sengkang (geser). Tulangan lentur untuk menahan pembebanan momen lentur yang terjadi pada balok, sedangkan tulangan geser untuk menahan pembebanan gaya geser. Tulangan baja ini dibentuk dan diproduksi menggunakan bahan mentah utamanya berupa bijih besi, yang ketersediaan di alam memiliki batas, dikarenakan unsur bahan mentah bijih besi ini merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui. Akan tetapi, mengingat harga tulangan baja dewasa ini relatif tinggi sehingga berdampak buruk bagi masyarakat kalangan ekonomi rendah yang ingin membangun sebuah rumah layak huni, hal ini menyebabkan kalangan masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah menjadi tidak mampu untuk membelinya. Solusi kami saat ini yaitu membuat bangunan sederhana dengan balok beton bertulang bambu, sehingga akan ramah lingkungan dan dapat menghemat biaya konstruksi terutama bagi masyarakat pada tingkat ekonomi rendah serta dapat mengatasi penggunaan baja yang berlebihan. Kami berharap, dengan adanya solusi yang kami berikan akan bermanfaat dan menambah wawasan bagi masyarakat serta dapat membantu masyarakat dalam melakukan pembangunan.



PENDAHULUAN
Latar belakang
   Beton merupakan material bangunan yang sangat dibutuhkan dikalangan masyarakat. Beton bertulang masih banyak digunakan di kalangan masyarakat sebagai struktur utama bangunan. Umumnya tulangan yang digunakan berupa tulangan baja, bahan dasar pembuatan baja yaitu bijih besi. Semakin meningkatnya penggunaan baja akan menimbulkan dampak negatif, sehingga digunakanlah alternatif material lain untuk menggantikan baja yaitu bambu.
Bambu dipilih sebagai tulangan alternatif beton karena merupakan produk hasil alam yang renewable, serta memiliki kuat tarik tinggi yang dapat dipersaingkan dengan baja. Bambu mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, antara 100 – 400 MPa, setara dengan ½ sampai ¼ dari tegangan ultimate besi. Dengan memperhatikan kekuatan bambu yang tinggi, serta bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur hanya 3 – 5 tahun, bambu mudah ditanam, tidak perlu pemeliharaan secara khusus, mempunyai ketahanan sangat tinggi terhadap gangguan, maka bambu mempunyai peluang yang besar untuk menggantikan baja. Pada umur satu tahun batang bambu mempunyai kandungan air yang relatif tinggi, yaitu kurang lebih 120 hingga 130 %, baik pada pangkal maupun ujungnya. Berat jenis bambu berkisar antara 0,5 sampai 0,9 gr tiap centimeter kubik. Variasi berat jenis bambu terjadi baik pada arah vertikal maupun horizontal. Kekuatan tarik sejajar serat bambu memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 2000 – 3000 kg/cm2. Sebagai alternatif pengganti baja, bambu mempunyai banyak keunggulan, tetapi perlu dijadikan perhatian bahwa bambu juga mempunyai beberapa kendala di antaranya adalah bambu mudah terkena serangan kumbang bubuk sehingga menyebabkan bambu menjadi tidak awet.  Karena itu, upaya menjadikan bambu tahan terhadap serangga atau jamur dengan memberikan bahan pengawet yang tidak akan merusak bambu dan tersedia dalam jumlah banyak serta murah. Boraks digunakan untuk mengawetkan bambu sebagai pengganti zat pati yang ada dalam rongga sel bambu dengan metode pemanfaatan gravitasi.
Dengan adanya bambu dapat menghemat pemakaian baja yang berlebihan serta dapat menghemat biaya material. Penggunaan baja yang berlebihan mengakibatkan kenaikan harga baja sehingga tidak sesuai bagi kalangan masyarakat ekonomi ke bawah yang akan melakukan pembangunan. Oleh karena itu sebuah alternatif baru berupa bambu sangat dibutuhkan bagi masyarakat kalangan ekonomi ke bawah. Hal ini bertujuan agar dapat membantu kalangan masyarakat ekonomi ke bawah dalam melakukan pembangunan, dikarenakan nilai ekonomis yang sesuai dengan masyarakat kalangan ekonomi kebawah serta memberikan bangunan sederhana yang ramah lingkungana dan tidak menimbulkan efek menipisnya biji besi.
Tujuan
1.      Tujuan gagasan ini ialah mengurangi penggunaan baja yang berlebihan
2.      Menambah wawasan bagi masyarakat tingkat ekonomi rendah yang akan melakukan pembangunan
3.      Menjadikan bambu sebagai alternatif baru yang memiliki nilai guna serta memiki nilai ekonomis sesuai bagi kalangan masyarakat.
Manfaat
1.      Penggunaan bambu dapat menjadi nilai ekonomis
2.      Penggunaan bijih besi yang berlebihan dapat teratasi
3.      Masyarakat dapat menggunakan bambu sebagai alternatif lain menggantikan baja
4.      Menghemat biaya material serta lebih ramah lingkungan.

GAGASAN

Perkembangan baja yang semakin meningkat
Permintaan akan beton meningkat seiring dengan berkembangnya pembangunan perumahan permukiman. Semakin tinggi tingkat perkembangan perumahan maka akan semakin tinggi pula kebutuhan akan beton. Beton memiliki beberapa kelebihan antara lain: kuat desaknya tinggi, mudah dibentuk, perawatannya mudah, beton mempunyai sifat getas (britle), sehingga secara praktis kemampuan untuk menahan tegangan tarik relatif kecil. Untuk memperbaiki sifat beton yang getas tersebut maka kaitannya dengan tegangan tarik beton diberikan tulangan. Jenis tulangan yang selama ini dikenal adalah dari beton betulang baja.
Dalam industri kontruksi beton bertulang baja merupakan bahan konstruksi yang sering digunakan pada struktur bangunan, dimana kuat tekan pada beton dan kuat tarik pada baja merupakan kombinasi yang saling melengkapi.  Hingga saat ini, baja adalah material yang terbaik sebagai tulangan pada beton karena kekuatan tariknya yang sangat tinggi. Penggunaan baja sebagai tulangan beton ternyata masih menimbulkan beberapa kendala, misalnya harga yang cukup mahal, sehingga biaya pembuatan beton bertulang menjadi besar. 
            Selain itu, berangkat dari kenyataan bahwa baja merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui dan keberadaannya suatu hari akan habis. Maka untuk mengatasi kendala tersebut, penelitian telah banyak dilakukan oleh para ahli struktur guna mencari material pengganti tulangan baja pada beton bertulang, antara lain seperti yang dilakukan oleh Morisco (1999) kekuatan tarik rerata dalam keadaan kering oven bambu petung adalah 190 MPa (tanpa nodia) dan 116 MPa (dengan nodia). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Morisco dan Murdjono (1996) dan Janssen (1987) Penggunaan bambu sebagai tulangan beton merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk membuat suatu elemen struktur untuk bangunan sederhana. Jika bambu dikombinasikan dengan beton yang memiliki kuat tekan yang tinggi akan diperoleh bahan bangunan yang baru dan cukup baik kualitasnya.
Sifat lentur bambu dapat mengimbangi sifat getas beton sehingga perpaduannya akan menghasilkan elemen struktur yang baik. Oleh karena itu, tujuan gagasan ini adalah untuk mengkaji kuat lentur balok beton bertulangan bambu petung takikan tipe V dengan jarak takikan 4 cm dan 6 cm sebagai pengganti tulangan baja pada beton guna dapat diaplikasikan pada struktur bangunan sederhana.

Kondisi kekinian pencetus gagasan
Produksi baja meningkat dengan adanya pembangunan-pembangunan yang setiap tahunnya semakin bertambah banyak.  Hal ini dikarenakan baja dalam proses pemasangan berlangsung cepat/kemudahan pemasangan. Sehingga membuat masyarakat lebih praktis dalam pengerjaannya. Meningkatnya jumlah produksi baja berimbas pada ketersediaan bahan bijih besi dialam yang semakin menipis dan kemungkinan akan habis karena unsur bahan mentah bijih besi merupakan salah satu bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab itu harga baja semakin mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh sebagian masyarakat terutama masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah.

Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk mem-perbaiki keadaan pencetus gagasan

Sejauh ini solusi yang pernah ditawarkan yaitu digunakannya alternatif material lain berupa bambu. Sebuah penelitian telah meneliti mengenai kapasitas lentur balok beton bertulang bambu petung takikan tipe ‘’v’’. Penelitian I ( Suyono dkk 2014 ) & Penelitian II ( Dhimas Adrian dkk 2014 )
tabel 1.1
Penelitian I
Penelitian 2

Ukuran

Jarak

Kapasitas lentur

Ukuran

Jarak

Kapasitas lentur

110x150x1700mm
4 cm
 83,72 %

110x150x1700mm
6 cm
82,22 %
5 cm
78,10%
7 cm
70,91 %

Dari hasil analisis beberapa penelitian yang telah dilakukan kapasitas lentur maksimal berada pada jarak 4 dan 6 cm dengan kapasitas 83,72% dan 83,22%. Oleh sebab itu kami membuat gagasan baru mengenai bangunan sederhana dengan kapasitas lentur balok beton bertulang bambu petung tipe ‘v’ menggunakan ukuran 11 cm x 15 cm x 170 cm dengan jarak 4 dan 6 cm.

Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukan

Dengan adanya alternatif bambu sebagai pengganti baja maka diperlukannya pengujian mengenai kuat lentur bambu petung takikan yang diharapkan dapat menghasilkan hasil yang maksimal dalam penggunaannya di kalangan masyarakat.

Pihak – pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan

Untuk mewujudkan gagasan tersebut, tentunya butuh bantuan dari pihak-pihak yang sudah berpengalaman dalam pengujian sifat mekanik bambu. Seperti :
a.       Bapak/Ibu Dosen pembimbing yang sudah menguasai mengenai sifat-sifat fisik dan mekanik pada bambu
b.       Kakak angkatan yang sudah berpengalaman dalam melakukan praktek mengenai beton
c.       Selain itu juga teman-teman satu angkatan, untuk melakukan survey ke lab pengujian bahan.

Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk  mengimplementasikan gagasan.

            Untuk itu perlu langkah-langkah strategis untuk mengimplementasikan gagasan tersebut. Seperti:
1.      Melakukan kunjungan ke lab bahan pengujian, untuk mengetahui kesulitan apa yang dialami saat melakukan pengujian.
2.      Konsultasi dan diskusi terhadap Dosen Pembimbing mengenai hal yang dipermasalahkan.
3.      Konsultasi dan diskusi dengan kakak angkatan mengenai topik atau judul yang dibuat.
4.      Mencari bahan yang dibutuhkan dalam pengujian
5.      Melakukan pengujian bersama-sama.

KESIMPULAN
Inti Gagasan
             Gagasan mengenai balok beton bertulang bambu ini dapat menggantikan baja hal ini karenakan sifat fisik maupun mekanik bambu yang cukup tinggi. Penggunaan bambu dalam  bangunan sederhana dapat menambah nilai ekonomis bagi masyarakat kalangan ekonomi ke bawah, sehingga tidak memberatkan bagi masyarakat perdesaan dan masyarakat berekonomi rendah yang menginginkan rumah sederhana dan layak huni serta dapat menambah wawasan bagi masyarakat agar dapat mengurangi penggunaan baja secara berlebihan.

Teknik Implementasi Gagasan
Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan ini yaitu:
1. Pengadaan sosialisasi terhadap masyarakat mengenai bambu sebagai tulangan beton.
2. Penelitian mengenai bambu yang berkualitas dan layak digunakan.
3. Mengenalkan kepada suatu perusahaan industri bangunan mengenai tulangan bambu yang memiliki kuat tarik tinggi yang dapat menggantikan baja sehingga dapat mengembangkan suatu perusahaanyang memproduksi bambu.
4. Pengelolaan dan pemasaran bambu
4. Pengenalan mengenai tulangan bambu sebagai pengganti beton melalui media massa seperti koran, televisi, dan internet sehingga secara mudah dikenal oleh masyarakat.

Prediksi  Keberhasilan Gagasan
            Gagasan mengenai penggunaan tulangan bambu sebagai pengganti tulangan baja selain menghemat biaya produksi juga memiliki dampak yang positif terhadap pihak lain. Contohnya bagi petani, petani bambu bisa memperoleh keuntungan dengan pengaplikasian gagasan ini. Bambu-bambu mereka bisa digunakan dan diproses sebagai komponen beton bertulang yang digunakan untuk suatu bangunan. Jika gagasan ini diterapkan akan menghemat biaya konstruksi yang dikeluarkan dalam melakukan pembangunan. Penerapan bambu sebagai tulangan beton diprediksi akan berhasil hal ini dikarenakan harga tulangan baja yang semakin mahal dan bijih besi yang semakin menipis serta kebutuhan akan beton yang semakin tinggi sehingga penggunaan bambu pun menjadi meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Istimawan, D., (1994). “Struktur Beton Bertulang”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar