Bangunan
Sederhana dengan Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Bambu Petung Takikan
Tipe “V”
RINGKASAN
Material struktur yang umum
digunakan dikalangan masyarakat adalah beton bertulang. Beton bertulang umumnya
menggunakan tulangan dari material baja. Beton bertulang sebagai elemen balok
umumnya diberi tulangan memanjang (lentur) dan tulangan sengkang (geser).
Tulangan lentur untuk menahan pembebanan momen lentur yang terjadi pada balok,
sedangkan tulangan geser untuk menahan pembebanan gaya geser. Tulangan
baja ini dibentuk dan diproduksi menggunakan bahan mentah utamanya berupa bijih
besi, yang ketersediaan di alam memiliki batas, dikarenakan unsur bahan mentah
bijih besi ini merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui.
Akan tetapi, mengingat harga tulangan baja dewasa ini relatif tinggi sehingga
berdampak buruk bagi masyarakat kalangan ekonomi rendah yang ingin membangun
sebuah rumah layak huni, hal ini menyebabkan kalangan masyarakat dengan tingkat
ekonomi rendah menjadi tidak mampu untuk membelinya. Solusi
kami saat ini yaitu membuat bangunan sederhana dengan balok beton bertulang
bambu, sehingga akan ramah lingkungan dan dapat menghemat biaya konstruksi
terutama bagi masyarakat pada tingkat ekonomi rendah serta dapat mengatasi
penggunaan baja yang berlebihan. Kami berharap, dengan adanya solusi yang kami
berikan akan bermanfaat dan menambah wawasan bagi masyarakat serta dapat membantu
masyarakat dalam melakukan pembangunan.
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Beton merupakan material bangunan yang
sangat dibutuhkan dikalangan masyarakat. Beton bertulang masih banyak digunakan
di kalangan masyarakat sebagai struktur utama bangunan. Umumnya tulangan yang
digunakan berupa tulangan baja, bahan dasar pembuatan baja yaitu bijih besi.
Semakin meningkatnya penggunaan baja akan menimbulkan dampak negatif, sehingga
digunakanlah alternatif material lain untuk menggantikan baja yaitu bambu.
Bambu dipilih
sebagai tulangan alternatif beton karena merupakan produk hasil alam yang
renewable, serta memiliki kuat tarik tinggi yang dapat dipersaingkan dengan
baja. Bambu mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, antara 100 – 400 MPa,
setara dengan ½ sampai ¼ dari tegangan ultimate
besi. Dengan memperhatikan kekuatan bambu yang tinggi, serta bambu dengan
kualitas baik dapat diperoleh pada umur hanya 3 – 5 tahun, bambu mudah ditanam,
tidak perlu pemeliharaan secara khusus, mempunyai ketahanan sangat tinggi
terhadap gangguan, maka bambu mempunyai peluang yang besar untuk menggantikan
baja. Pada umur satu tahun batang bambu mempunyai kandungan air yang relatif
tinggi, yaitu kurang lebih 120 hingga 130 %, baik pada pangkal maupun ujungnya.
Berat jenis bambu berkisar antara 0,5 sampai 0,9 gr tiap centimeter kubik.
Variasi berat jenis bambu terjadi baik pada arah vertikal maupun horizontal.
Kekuatan tarik sejajar serat bambu memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu berkisar
antara 2000 – 3000 kg/cm2.
Sebagai
alternatif pengganti baja, bambu mempunyai banyak keunggulan, tetapi perlu
dijadikan perhatian bahwa bambu juga mempunyai beberapa kendala di antaranya
adalah bambu mudah terkena serangan kumbang bubuk sehingga menyebabkan bambu
menjadi tidak awet. Karena itu, upaya menjadikan
bambu tahan terhadap serangga atau jamur dengan memberikan bahan pengawet yang
tidak akan merusak bambu dan tersedia dalam jumlah banyak serta murah. Boraks digunakan
untuk mengawetkan bambu sebagai pengganti zat pati yang ada dalam rongga sel
bambu dengan metode pemanfaatan gravitasi.
Dengan
adanya bambu dapat menghemat pemakaian baja yang berlebihan serta dapat
menghemat biaya material. Penggunaan baja yang berlebihan mengakibatkan
kenaikan harga baja sehingga tidak sesuai bagi kalangan masyarakat ekonomi ke
bawah yang akan melakukan pembangunan. Oleh karena itu sebuah alternatif baru
berupa bambu sangat dibutuhkan bagi masyarakat kalangan ekonomi ke bawah. Hal
ini bertujuan agar dapat membantu kalangan masyarakat ekonomi ke bawah dalam
melakukan pembangunan, dikarenakan nilai ekonomis yang sesuai dengan masyarakat
kalangan ekonomi kebawah serta memberikan bangunan sederhana yang ramah
lingkungana dan tidak menimbulkan efek menipisnya biji besi.
Tujuan
1. Tujuan
gagasan ini ialah mengurangi penggunaan baja yang berlebihan
2. Menambah
wawasan bagi masyarakat tingkat ekonomi rendah yang akan melakukan pembangunan
3. Menjadikan
bambu sebagai alternatif baru yang memiliki nilai guna serta memiki nilai
ekonomis sesuai bagi kalangan masyarakat.
Manfaat
1. Penggunaan
bambu dapat menjadi nilai ekonomis
2. Penggunaan
bijih besi yang berlebihan dapat teratasi
3. Masyarakat
dapat menggunakan bambu sebagai alternatif lain menggantikan baja
4. Menghemat
biaya material serta lebih ramah lingkungan.
GAGASAN
Perkembangan
baja yang semakin meningkat
Permintaan
akan beton meningkat seiring dengan berkembangnya pembangunan perumahan
permukiman. Semakin tinggi tingkat perkembangan perumahan maka akan semakin
tinggi pula kebutuhan akan beton. Beton memiliki beberapa kelebihan antara
lain: kuat desaknya tinggi, mudah dibentuk, perawatannya mudah, beton mempunyai
sifat getas (britle), sehingga secara praktis kemampuan untuk menahan tegangan
tarik relatif kecil. Untuk memperbaiki sifat beton yang getas tersebut maka
kaitannya dengan tegangan tarik beton diberikan tulangan. Jenis tulangan yang
selama ini dikenal adalah dari beton betulang baja.
Dalam
industri kontruksi beton bertulang baja merupakan bahan konstruksi yang sering
digunakan pada struktur bangunan, dimana kuat tekan pada beton dan kuat tarik
pada baja merupakan kombinasi yang saling melengkapi. Hingga saat ini, baja adalah material yang
terbaik sebagai tulangan pada beton karena kekuatan tariknya yang sangat
tinggi. Penggunaan baja sebagai tulangan beton ternyata masih menimbulkan
beberapa kendala, misalnya harga yang cukup mahal, sehingga biaya pembuatan
beton bertulang menjadi besar.
Selain
itu, berangkat dari kenyataan bahwa baja merupakan bahan tambang yang tidak
dapat diperbaharui dan keberadaannya suatu hari akan habis. Maka untuk
mengatasi kendala tersebut, penelitian telah banyak dilakukan oleh para ahli
struktur guna mencari material pengganti tulangan baja pada beton bertulang,
antara lain seperti yang dilakukan oleh Morisco (1999) kekuatan tarik rerata
dalam keadaan kering oven bambu petung adalah 190 MPa (tanpa nodia) dan 116 MPa
(dengan nodia). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Morisco
dan Murdjono (1996) dan Janssen (1987) Penggunaan bambu sebagai tulangan beton
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk membuat suatu elemen
struktur untuk bangunan sederhana. Jika bambu dikombinasikan dengan beton yang
memiliki kuat tekan yang tinggi akan diperoleh bahan bangunan yang baru dan
cukup baik kualitasnya.
Sifat
lentur bambu dapat mengimbangi sifat getas beton sehingga perpaduannya akan
menghasilkan elemen struktur yang baik. Oleh karena itu, tujuan gagasan ini
adalah untuk mengkaji kuat lentur balok beton bertulangan bambu petung takikan
tipe V dengan jarak takikan 4 cm dan 6 cm sebagai pengganti tulangan baja pada
beton guna dapat diaplikasikan pada struktur bangunan sederhana.
Kondisi
kekinian pencetus gagasan
Produksi
baja meningkat dengan adanya pembangunan-pembangunan yang setiap tahunnya
semakin bertambah banyak. Hal ini
dikarenakan baja dalam proses pemasangan berlangsung cepat/kemudahan
pemasangan. Sehingga membuat masyarakat lebih praktis dalam pengerjaannya.
Meningkatnya jumlah
produksi baja berimbas pada ketersediaan bahan bijih besi dialam yang semakin
menipis dan kemungkinan akan habis karena unsur bahan mentah bijih besi
merupakan salah satu bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab
itu harga baja semakin mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh sebagian
masyarakat terutama masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah.
Solusi
yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk mem-perbaiki keadaan
pencetus gagasan
Sejauh ini solusi yang
pernah ditawarkan yaitu digunakannya alternatif material lain berupa bambu.
Sebuah penelitian telah meneliti mengenai kapasitas lentur balok beton
bertulang bambu petung takikan tipe ‘’v’’. Penelitian I ( Suyono dkk 2014 )
& Penelitian II ( Dhimas Adrian dkk 2014 )
tabel
1.1
Penelitian
I
|
Penelitian
2
|
||||
Ukuran
|
Jarak
|
Kapasitas
lentur
|
Ukuran
|
Jarak
|
Kapasitas
lentur
|
110x150x1700mm
|
4
cm
|
83,72 %
|
110x150x1700mm
|
6
cm
|
82,22
%
|
5
cm
|
78,10%
|
7
cm
|
70,91
%
|
Dari hasil analisis beberapa penelitian yang telah
dilakukan kapasitas
lentur maksimal berada pada jarak 4 dan 6 cm dengan kapasitas 83,72% dan
83,22%. Oleh sebab itu kami membuat gagasan baru mengenai bangunan sederhana
dengan kapasitas lentur balok beton bertulang bambu petung tipe ‘v’ menggunakan
ukuran 11 cm x 15 cm x 170 cm dengan jarak 4 dan 6 cm.
Seberapa
jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang
diajukan
Dengan adanya alternatif bambu sebagai pengganti baja
maka diperlukannya pengujian mengenai kuat lentur bambu petung takikan yang diharapkan
dapat menghasilkan hasil yang maksimal dalam penggunaannya di kalangan
masyarakat.
Pihak
– pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan
gagasan
Untuk mewujudkan gagasan tersebut, tentunya butuh
bantuan dari pihak-pihak yang sudah berpengalaman dalam pengujian sifat mekanik
bambu. Seperti :
a.
Bapak/Ibu Dosen pembimbing yang sudah menguasai
mengenai sifat-sifat fisik dan mekanik pada bambu
b.
Kakak angkatan
yang sudah berpengalaman dalam melakukan praktek mengenai beton
c.
Selain itu juga teman-teman satu angkatan, untuk
melakukan survey ke lab pengujian bahan.
Langkah-langkah strategis yang harus
dilakukan untuk mengimplementasikan
gagasan.
Untuk itu perlu langkah-langkah
strategis untuk mengimplementasikan gagasan tersebut. Seperti:
1.
Melakukan kunjungan ke lab bahan pengujian, untuk
mengetahui kesulitan apa yang dialami saat melakukan pengujian.
2.
Konsultasi dan diskusi terhadap Dosen Pembimbing
mengenai hal yang dipermasalahkan.
3.
Konsultasi dan diskusi dengan kakak angkatan mengenai
topik atau judul yang dibuat.
4.
Mencari bahan yang dibutuhkan dalam pengujian
5.
Melakukan pengujian bersama-sama.
KESIMPULAN
Inti
Gagasan
Gagasan mengenai balok beton
bertulang bambu ini dapat menggantikan baja hal ini karenakan sifat fisik
maupun mekanik bambu yang cukup tinggi. Penggunaan bambu dalam bangunan sederhana dapat menambah nilai
ekonomis bagi masyarakat kalangan ekonomi ke bawah, sehingga tidak memberatkan
bagi masyarakat perdesaan dan masyarakat berekonomi rendah yang menginginkan
rumah sederhana dan layak huni serta dapat menambah wawasan bagi masyarakat
agar dapat mengurangi penggunaan baja secara berlebihan.
Teknik Implementasi Gagasan
Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan ini yaitu:
1. Pengadaan sosialisasi
terhadap masyarakat mengenai bambu sebagai tulangan beton.
2. Penelitian mengenai
bambu yang berkualitas dan layak digunakan.
3. Mengenalkan kepada
suatu perusahaan industri bangunan mengenai tulangan bambu yang memiliki kuat
tarik tinggi yang dapat menggantikan baja sehingga dapat mengembangkan suatu
perusahaanyang memproduksi bambu.
4. Pengelolaan dan
pemasaran bambu
4. Pengenalan mengenai
tulangan bambu sebagai pengganti beton melalui media massa seperti koran,
televisi, dan internet sehingga secara mudah dikenal oleh masyarakat.
Prediksi Keberhasilan Gagasan
Gagasan mengenai penggunaan tulangan bambu sebagai
pengganti tulangan baja selain menghemat biaya produksi juga memiliki dampak
yang positif terhadap pihak lain. Contohnya bagi petani, petani bambu bisa
memperoleh keuntungan dengan pengaplikasian gagasan ini. Bambu-bambu mereka
bisa digunakan dan diproses sebagai komponen beton bertulang yang digunakan
untuk suatu bangunan. Jika gagasan ini diterapkan akan menghemat biaya
konstruksi yang dikeluarkan dalam melakukan pembangunan. Penerapan bambu
sebagai tulangan beton diprediksi akan berhasil hal ini dikarenakan harga
tulangan baja yang semakin mahal dan bijih besi yang semakin menipis serta
kebutuhan akan beton yang semakin tinggi sehingga penggunaan bambu pun menjadi
meningkat
DAFTAR
PUSTAKA
Istimawan, D., (1994). “Struktur Beton Bertulang”, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar